Wednesday, September 19, 2012

Survey Kuliah = Jalan-Jalan


Survey secara umum diartikan: mencari informasi tentang sesuatu.
Di arsitektur survey identik dengan mengunjungi sebuah lokasi atau bangunan, untuk dilihat kondisinya.
Istilahnya mungkin tinjauan lapangan.

Hampir semua mata kuliah punya kegiatan ini.
Dari kuliah Maha-wajib yaitu studio,
Sampe kuliah paling bikin ngantuk di kelas: sejarah arsitektur nusantara.
Kayaknya mending kuliah sejarah tuh survey aja dari awal sampe akhir.

Survey itu menyenangkan, modalnya tinggal bawa kamera.
Ngga enaknya pasti panas-panasan.

Anyway, survey ini membuat saya merambahi semua objek wisata di kota Jogja.
Jadi kalau di tanya, "udah pernah ke sini belom?"
"Oh kesitu, Minggu kemaren baru aja ke sana buat ketiga kalinya malah..."
hahaha

Range tempat yang di survey itu benar-benar luas.
Dari lahan kosong, yang pura-puranya mau dibangun.
Bangunan jawa: Keraton, Taman Sari (saya ke sini mungkin lebih dari 10 kali)
Desa Wisata, Gallery, Pasar Seni, Ngasem, Malioboro, Titik Nol (yang terakhir ini udah bosen gila)
Ga ketinggalan juga mblusuk-mblusuk kampung macam Code.

Ngga cuman bangunan eksotis yang dikunjungi.
Ada juga survey bangunan yang masih setengah jadi.
Masih tahap proses pembangunan.
Baru berdiri struktur-strukturnya.
Plat-plat beton belum ada tembok.

Ini ni yang suka bikin dag dig dug kalo pas survey.
Biasanya nih, bangunan baru belom ada tangganya.
So, kalo harus naik pake tangga kayu a la tukang.
Beda loh tangganya, bukan kaya tangga bambu atau tangga aluminium yang ada di rumahan.
Tangga yang dipake tukang tuh asal ada kayu dipaku-paku aja.
Emang dasar bapak-bapak tukan tuh berani banget panjat sana panjat sini.
Kadang tangga yang dipake goyang-goyang, kaga rata, ngga ergonomis banget lah buat yang badannya pendek, apalagi buat yang phobia ketinggian.

Itu baru ngomongin masalah tangga.
Secara bangunan yang disurvey belu jadi, belum ada tembok dan lain-lain.
Jadi, kalau naik ke lantai dua harus hati hati.
Jangan main asal senggol kanan kiri, grusak grusuk.
Bisa jadi ada temen yang ke senggol dikit, bisa wassalam terjun bebas...




Sunday, September 16, 2012

Studio Desain Arsitektur - Siap Tempur Siap Mati


Mata kuliah wajib.
Hidup matinya mahasiswa arsitektur.
Matkul yang punya SKS paling banyak 6-8 SKS.

Tererengggg... ini dia...
Studio Desain Arsitektur.

Waktu pertama diterangkan oleh PPJ, apa sih itu mata kuliah studio??
Katanya:
Jam kuliahnya dari jam 8 pagi-5 sore.
SYOKKK... Whatttt?
Kuliah yang cuman dua jam aja, bisa bosen...
Apalagi kalo siang siang, bawaannya ngantuk...
Ini SEMBILAN jam kuliah...
weteef...

Lanjut infonya:
Kuliahnya tidak di kelas tapi di ruang studio.
oww...

Masing-masing anak akan dibagi dalam kelompok.
Tiap kelompok memiliki satu dosen pembimbing dan satu/dua orang asdos.
Tiap kelompok memiliki ruang khusus yang disebut BOX di mana antar BOX disekat dengan locker-locker.
Tiap anak punya meja kerja sendiri.
Masing-masing anak mengerjakan tugas sendiri-sendiri.
Tapi boleh melihat hasil pekerjaan teman lain atau berdiskusi dengan teman.
Okehhh sedikit melegakan, bisa diskusi...

Walaupun jam kuliahnya sangat panjang dari pagi-sore, kapanpun boleh istirahat untuk makan dan ibadah Boleh ke perpus atau ke laboratorium komputer jika butuh data.
Well oke oke... sekarang udah ademmm
Ternyata itu bukan sembilan jam yang menakutkan...

Setelah dijalani ternyata kuliah ini paling butuh perhatian,
Tugas-tugasnya berat gila...
Menyenangkan karena walaupun sembilan jam, justru ini kuliah yang paling santai...
Bisa jalan-jalan ke sana kemari...
Menengok box sebelah,
Komen-komen pekerjaan temen.
Kalo suntuk, tinggal keluar beli makanan di kantin.
Sekali-sekali menyelundupkan camilan dan es teh ke dalam studio (padahal ga boleh membawa makanan masuk) hehehe

Tapi dari sembilan jam itu ada sembilan menit yang sangat menentukan dan berbahaya,
Yaitu waktunya ASISTENSI...
Sembilan menit yang bikin jantung berdebar.
Sembilan menit yang tidak tahu akan datang kapan dari 9 jam yang ada.
Sembilan menit yang harus disiapkan bahannya selama seminggu.
Sembilan menit yang kalau kamu tidak muncul di studio maka dianggap tidak hadir.
Sembilan menit yang bisa bikin hati kacau balau (baca: galau).
Sembilan menit yang juga bisa mengahdirkan optimisme superrr...

Asistensi itu waktunya dosen pembimbing datang ke BOX.
Jadi walaupun kuliah sembilan jam, kita tidak melulu diawasi dosen.
Dosen datang satu kali setiap kuliah studio.
Jika kita butuh kertas, atau karton untuk membuat model,
Ada petugas yang sangat membantu kita, Bapak-bapak laboran.

Petugas-petugas studio yang sangat baik hati
Yang juga bisa menjadi sangat menakutkan,
Jika terlambat datang, absen langsung di coret stabilo,
Jika terlambat ngumpul tugas, tidak ada alasan untuk mengiba

Kuliah STUDIO merupakan kuliah wajib dari semester 1- semester 7
Jadi ada kuliah Studio 1 - Studio 7
Sayangnya di kampus saya tidak ada istilah semester pendek,
Jadi kalau gagal di salah satu studio, artinya kuliah akan mundur satu tahun...
Hiiii ngeriiiii

Di tengah semester dan akhir semester ada yang namanya DISPLAY STUDIO.
Ini gantinya ujian tulis...
(Btw, di arsitektur memang jarang ada ujian tulis, biasanya diminta kumpul tugas
Kita bilangnya Tugas Besar atau Final Project)
Di saat display, kita haru membawa gambar-gambar presentasi dalam bentuk poster dan gambar kerja serta menyediakan maket untuk membantu presentasi.
Ini bukan tugas kelompok loh, tapi tugas individu.
Jadi silahkan membayangkan betapa susahnya.
Harus mati-matian sementara teman teman juga sibuk dengan tugasnya sendiri jadi tidak bisa minta bantuan.

Di balik semua kengeriannya,
Studio tetaplah menjadi kuliah yang semua orang berani mati untuk mengerjakannya.
Woisss sangar kan...

Saturday, September 15, 2012

(masih) Merasa Senang Lembur di Kampus

Tugas kelompok.
Udah biasa ngalamin ini dari jaman SMA.
Bedanya,
Kalau jaman SMA biasanya diminta bikin paper (makalah).
Kalau kuliah di arsitektur seringnya bikin model/maket.

Mata kuliah yang kasih tugas kelompok semacam ini, biasanya:
Struktur dan Konstruksi.
Berkelompok 4-5 orang.
Diberi sebuah masalah, lalu...
Diminta membuat model (maket) penyelesaiannya.

Semester satu.
Masih konstruksi sederhana.
Konstruksi pasangan batu (bata).
Belum sampai beton dan baja.

Projeknya membuat struktur lengkung seperti jembatan.
+struktur tambahan yang terlihat seperti separuh flying buttress menggantung.
berupa susunan bata.
model dengan skala 1:10.
Bahan menggunakan Gypsum.

Paling bikin masalah ternyata membuat bata ukuran 1:10.
Dimulai dari membuat cetakannya dahulu dari sponati.
Bikin adonan gypsum+kapur.
Cetak adonan gypsum.
Nunggu kering.
Ngikir gypsum biar bentuk dan ukurannya rata.
Terakhir baru nyusun bata jadi jembatan.

Butuh waktu tiga hari.
Lembur di studio.
Mengotori studio, meja mejanya, lantai dan locker dengan noda-noda gypsum.

Well, sebenarnya lembur di kampus itu menyenangkan
Menikmati kampus dalam suasana yang redup.
Remang-remang.
Lampu studio menyala terang.
Sementara di luar gelap.
Merasa seperti jagoan yang masih bisa bertahan hidup saat yang lain sudah tertidur, mati.

Angkuh sekali ya...
Dan keangkuhan ini harus dibayar dengan...
Hukuman mengerok ceceran gypsum yang sudah mengeras di lantai studio.
Oh God, perjuangan ternyata belum berakhir...

Friday, September 14, 2012

Masuk ke Dunia Arsitektur



Arsitektur identik dengan gambar.
Salah satunya, dan yang paling dasar:
'Freehand drawing'.
Istilah buat gambar pake tangan tanpa alat bantu (semisal mistar).

Freehand drawing itu biasanya menggunakan pensil.
Yap, sketsa pensil.
Umumnya memakai pensil 2B.
Tapi sebenarnya ada banyak teknik yang dapat digunakan.
Seperti:
Teknik Tinta, Pensil Warna, Cat Air, Spidol, Campuran.

Teknik yang macam-macam ini membuat awal tahun di arsitektur jadi sebuah pemborosan berkepanjangan.
Selain masih excited dengan dunia baru arsitektur.
Pemicu lainnya yaitu latah dengan teman-teman yang punya peralatan tempur gambar lengkap.
Jadi suka borong barang di Toko Merah (Toko alat tulis dan gambar di Jogja)

So, minggu ini beli Rapido satu set.
Minimal harganya 350 ribu.
Minggu depan beli pensil warna.
Paling standar merk Faber Castel.
Ga mungkin beli yang 12 warna dong...
Emang anak SD??
minimal yang 36, lebih baik yang 48.
Minggu depannya lagi spidol...
Pasti pasangannya pake Prismacolor yang sebatang harganya 9900.
Minggu setelahnya semakin parah...
Cat Air, bukan merk Guitar palsu ya...
Minimal Pentel.
Belinya ga mungkin single dong, harus sekalian sama pasangannya.
Tempat cat dan kuas.
Payahnya sebagus apapun kualitas cat air, kalau kuasnya murahan yang ada sapuan warnanya blentong-blentong.
Sementara butuh kuas ga mungkin satu, pasti antara tiga sampai lima.
Well, kalau dijumlahin habis uang berapa banyak tuh dalam sebulan....
ckckck....

Itu semua baru untuk freehand drawing ya...

Then,
Gambar teknik.
Ini bakal jadi masalah baru.

Thursday, September 13, 2012

Episode Baru Arsitektur dan Jogja


Pertama kali datang ke Jogja sudah berfikir macam-macam.
Sepertinya saya akan belajar Menari di sini.
Bakal sering wisata ke tempat kuno unik khas Jawa.
Menikmati menu-menu makanan baru.
Mungkin ketemu cowok ganteng yang ternyata masih keluarga Keraton.
Hahaha, kebanyakan nonton FTV ini :)

And this is it, Arsitektur.
Setiap ketemu kenalan baru, pasti langsung dibilang "pinter gambar ya..."
Oh, emang anak arsi identik dengan pinter gambar?
Saya masuk arsitektur bukan karena pintar gambar tapi karena tertarik dengan bangunan.
Arsitektur itu lucu.
Seperti karya seni ukuran ekstra besar.
Padahal dia cuman susunan material kecil, seperti bata.

Kata baru di awal masuk kampus.
Matrikulasi.
Bukan kata yang familiar untuk mahasiswa S1 memang.
Tapi di arsitektur ada kuliah itu.
Kegiatannya menggambar.
Media menggunakan kertas A3.
Alat pensil 2B.
Well, dalam pikiran saya "bisa tidak ya kita mulai dari kertas yang lebih kecil?"
A3 itu luas banget...
Gimana caranya agar saya bisa menuhin satu kertas itu dengan gambar.
Damn! ternyata saya diberi 3 lembar untuk diisi gambar, bukan cuma 1.

Matrikulasi ini ternyata berlanjut selama semester 1.
Saya jadi sering jalan-jalan di sekitaran kota jogja.
Tamansari, Malioboro, Titik Nol, Kota Gede...
Tapi... juga jadi sering nongkrong panas-panasan di pinggir jalan.

ini tentang:
SKETSA

*Saya kira kegiatan seacam itu cuman untuk teman-teman seni rupa.
Arsitektur jadi terasa ambigu di tengah fakultas Teknik.*

Panas, keringat bercucuran, kulit yang sudah hitam tambah memerah.
Satu sampai dua kali seminggu dan akan berlanjut selama satu semester.
Ada perasaan bangga saat duduk di pinggiran jalan itu.
Berasa seperti seniman.
Duduk berkelakar tanah.
Mengacung acungkan pensil kayu untuk mengukur tinggi bangunan.
Sesekali orang yang melitas, melihat dengan ekspresi ingin tahu.
Huhuhu...
I'm really happy...

Nilai C, D, C-----(baca: ce minus minus minus minus minus) yang artinya sama dengan D- (baca: de minus) haha atau bahkan U yang artinya ulang.
Setsa yang saya buat tidak pernah menyentuh nilai B atau bahkan A.
Maksimal B-- (baca: be minus minus) atau C+ (baca: ce plus).
Jelek sekali ternyata gambar saya.
Catatannya asdos macam-macam.
Prespektif salah.
Proporsi gambar terlalu kecil.
Kaga ada suasana.
Warna kurang matang.
Bentuk awannya aneh...
ASTAGHFIRULLOH HALADZIMMMM...

Banyak kali maunya itu asdos.
Arsitektur kan cuman gambar bangunan.
Kenapa harus digambar suasananya.
Manusia, mobil...
Ya kalau pohon masih wajar lah...
Tapi bentuk awan pun juga ikut dikomentari???
ckckck

Ingin rasanya pindah ke Teknik Sipil.
Desperate.
Banyak sketsa yang harus diulang.
Telpon mommy di rumah.
Udah ga sanggup rasanya di arsitektur.
Padahal baru empat minggu.
Gimana empat tahun??

Ingin masuk arsitektur, tapi ga bakat gambar...
Pikir ulang saja lah...
Tapi kalo cuman karena ga bisa gambar lalu kamu menyerah, bisa nyesel seumur hidup loh... :))