Saturday, December 3, 2016

Melanjutkan studi S2 (Master Program) Arsitektur

Setelah beberapa bulan bersenang senang dan lembur bersama proyek arsitektur ada satu sisi dimana saya sangat ingin sekolah lagi. Rasanya ada hal-hal yang dirindukan punya status sebagai mahasiswa.

Tentunya setelah memutuskan untuk melanjutkan studi, yang harus dilakukan pertama adalah mengumpulkan berkas persyaratan untuk mendaftar. Yeyy...
Beberapa berkas yang biasanya selalu dibutuhkan untuk mendaftar kuliah S2:

  1. Fotokopi ijazah dan transkrip yang dilegalisir
  2. Surat rekomendasi dari dosen atau atasan
  3. Pernyataan minat dan motivasi
  4. Portofolio arsitektur
  5. Proposal Riset (khusus S2 berbasis riset)
Tambahan jika akan sekolah di luar negeri
  1. Terjemahan Ijazah dan Transkrip
  2. Passport
  3. IELTS / Toefl IBT
  4. GRE (khusus di United States)
Kalau kamu masih sekolah S1 saat ini ada beberapa hal yang bisa dipersiapkan yaitu mengumpulkan bahan untuk portfolio dan belajar IELTS / Toefl IBT.

Mengumpulkan portfolio bukan perkara mudah, kadang ada beberapa hasil desain yang terpendam diantara tumpukan data di dalam hardisk. Menyusun portfolio nya pun juga membutuhkan waktu, oleh karena itu memulai portfolio sebelum kelulusan akan sangat membantu kelak.

Belajar IELTS atau TOEFL IBT bukan perkara yang mudah, saya butuh waktu sekitar 5 bulan untuk memperoleh IELTS dengan total skor 7. Persiapkan sedini mungkin, ikuti kelas persipan jika perlu. Jangan lupa menabung karena biaya untuk mengikuti tes IELTS dan TOEFL IBT tidak murah, sekarang harganya di ats 3 jt an.

Ketika lulus S1 dan mendapatkan ijazah serta transkrip, usahakan segera melegalisir beberapa copi an nya. Jika ada niatan untuk melanjutkan sekolah atau bekerja ke luar negeri segera translate ijazah dan transrip ke bahasa inggris. Beberapa kampus sudah menerbitkan ijazah dan transrip dalam 2 bahasa. Legalisir dan translate sebaiknya dilakukan di awal kelulusan karena bisa jadi kamu pindah ke kota lain dan kesulitan untuk kembali ke kampus mengurus hal-hal itu.

Menjaga komunikasi dengan dosen pembimbing baik akademik ataupun pembimbing skripsi. Walaupun surat rekomendasi dapat diperoleh dari atasan kerja beberapa kampus meminta minimal satu surat rekomendasi dari 'mantan' dosen. Jika mengenal beberapa dosen yang sudah punya titel professor juga perlu didekati, selain dapat dimintai pendapat tentang studi lanjut yang akan diambil mereka juga memiliki posisi yang lebih berpengaruh.

Selamat berjuang bagi yang ingin melanjutkan studi. 

Thursday, December 1, 2016

Setelah lulus kuliah S1 Arsitektur, Lanjut S2 atau Bekerja?

Lama sekali ternyata tidak meneruskan menulis di blog ini...
Waktu sudah banyak berlalu, kegiatan sudah jauh berubah.
Arsitektur bagi saya menjadi sesuatu hal yang sedikit berbeda dengan apa yang dulu dibayangkan.
Dulu saya membayangkan arsitektur sebagai sebuah bisnis desain dimana kemampuan menjual desain dan bereksperimen dengan bentuk menjadi sesuatu yang sangat penting.
Tapi kemudian saya masuk dalam berbagai kegiatan yang melihat arsitektur sebagai sebuah keilmuan yang bisa diriset dari sisi teknologi, ekologi, dan lingkungan.

Kembali ke judul kali ini, bekerja atau lanjut sekolah setelah lulus S1 Arsitektur?
Menurut saya yang perlu diketahui adalah tujuan jangka panjang setelah lulus. Apakah mau berpraktek profesional di arsitektur, punya bisnis di arsitektur atau lebih menyukai riset seperti bekerja di pusat studi maupun universitas?

Bekerja

Jika tujuan jangka panjang ingin berpraktek profesional di arsitektur atau punya bisnis di arsitektur sebaiknya segera bekerja setelah lulus S1. Pengalaman bekerja dan portfolio desain akan sangat dihargai untuk menjual jasa arsitektur serta mempromosikan diri. Berpraktek secara kontinyu juga bisa membuat sense of design bertambah.

Studi S2

Namun jika tertarik dengan riset di arsitektur atau ingin mendalami keilmuan lain seperti desain kawasan, ada baiknya meneruskan sekolah S2.

Secara umum lulusan S1 Arsitektur di Indonesia dengan masa studi 4 tahun sudah memiliki bekal yang sangat cukup untuk bekerja sebagai arsitek professional tanpa perlu melanjutkan pendidikan S2. Di luar Indonesia program undergraduate (S1) memiliki masa studi 3 tahun dimana lulusannya belum bisa bekerja di kantor arsitektur, mereka diharuskan melanjutkan ke program master (S2) selama 2 tahun sebelum bekerja profesional. Jadi kesimpulannya, kemampuan lulusan S1 arsitektur di Indonesia setara dengan kemampuan lulusan master (S2) Arsitektur di luar Indonesia.

Lucunya di Indonesia banyak yang lulus S1 butuh waktu 5-6 tahun. Waktu selama itu bisa digunakan untuk menyelesaikan program undergraduate dan master di luar negeri.

Tapi apa benar tidak perlu ya melanjutkan sekolah? Karena di jaman sekarang rasanya lulus S1 sudah biasa saja, banyak sekali teman-teman yang melanjutkan kuliah S2.

Tentunya tidak ada masalah melanjutkan program S2, saya pun begitu. Hanya perlu memilih program apa yang perlu didalami. Beberapa pilihan program yang bisa dipertimbangkan bagi lulusan S1 Arsitektur:
  1. Arsitektur (MSc.), mendalami keilmuan di arsitektur, riset terkait arsitektur, teknologi bangunan, perilaku dll.
  2. Arsitektur (MArch.) program untuk yang ingin menekuni praktek arsitektur profesional.
  3. Desain Kawasan/Urban design
  4. Perencanaan Kawasan/Urban Planning
  5. Studi Lingkungan/Environmental Studies
  6. Program lain di luar lingkup Arsitektur seperti Manajemen
Sebelum mumutuskan untuk kuliah S2 sebaiknya pelajari dahulu program yang ditawarkan dari masing masing kampus serta carilah informasi dari teman atau senior yang sudah melanjutkan studi S2 di bidang yang diinginkan.

Tetap semangat ya... Sekolah dan bekerja sama-sama butuh perjuangan tidak ada yang lebih sulit atau lebih mudah... Good Luck!

Thursday, December 5, 2013

Daily Architecture, Professional IT User Version

Freehand drawing memang keahlian yang perlu dipunyai semua arsitek.
Ga salah kalau di kampus, dari semester satu sampai tiga belum diperbolehkan memakai gambar digital.
Jadi kalau kerja di studio semua manual drawing.
Sekali gambar salah, ya... harus ganti kertas buat gambar baru.
Tapi ga ada salahnya kan latihan, coba-coba softwarenya.
Secara saya ga bisa kalau harus jauh-jauhan sama PC.
Sampe seorang teman kasih saya julukan Tech-Savvy, hehehe.

Tapi kalau dilihat memang mahasiswa semester empat ke atas, rata-rata selalu nenteng leptop.
Di studio, perpus, selasar, kantin... pasti bawa leptop sama charger.
Jadi di perpus itu lebih banyak anak yang cari colokan buat leptop daripada cari buku referensi.


Wednesday, September 19, 2012

Survey Kuliah = Jalan-Jalan


Survey secara umum diartikan: mencari informasi tentang sesuatu.
Di arsitektur survey identik dengan mengunjungi sebuah lokasi atau bangunan, untuk dilihat kondisinya.
Istilahnya mungkin tinjauan lapangan.

Hampir semua mata kuliah punya kegiatan ini.
Dari kuliah Maha-wajib yaitu studio,
Sampe kuliah paling bikin ngantuk di kelas: sejarah arsitektur nusantara.
Kayaknya mending kuliah sejarah tuh survey aja dari awal sampe akhir.

Survey itu menyenangkan, modalnya tinggal bawa kamera.
Ngga enaknya pasti panas-panasan.

Anyway, survey ini membuat saya merambahi semua objek wisata di kota Jogja.
Jadi kalau di tanya, "udah pernah ke sini belom?"
"Oh kesitu, Minggu kemaren baru aja ke sana buat ketiga kalinya malah..."
hahaha

Range tempat yang di survey itu benar-benar luas.
Dari lahan kosong, yang pura-puranya mau dibangun.
Bangunan jawa: Keraton, Taman Sari (saya ke sini mungkin lebih dari 10 kali)
Desa Wisata, Gallery, Pasar Seni, Ngasem, Malioboro, Titik Nol (yang terakhir ini udah bosen gila)
Ga ketinggalan juga mblusuk-mblusuk kampung macam Code.

Ngga cuman bangunan eksotis yang dikunjungi.
Ada juga survey bangunan yang masih setengah jadi.
Masih tahap proses pembangunan.
Baru berdiri struktur-strukturnya.
Plat-plat beton belum ada tembok.

Ini ni yang suka bikin dag dig dug kalo pas survey.
Biasanya nih, bangunan baru belom ada tangganya.
So, kalo harus naik pake tangga kayu a la tukang.
Beda loh tangganya, bukan kaya tangga bambu atau tangga aluminium yang ada di rumahan.
Tangga yang dipake tukang tuh asal ada kayu dipaku-paku aja.
Emang dasar bapak-bapak tukan tuh berani banget panjat sana panjat sini.
Kadang tangga yang dipake goyang-goyang, kaga rata, ngga ergonomis banget lah buat yang badannya pendek, apalagi buat yang phobia ketinggian.

Itu baru ngomongin masalah tangga.
Secara bangunan yang disurvey belu jadi, belum ada tembok dan lain-lain.
Jadi, kalau naik ke lantai dua harus hati hati.
Jangan main asal senggol kanan kiri, grusak grusuk.
Bisa jadi ada temen yang ke senggol dikit, bisa wassalam terjun bebas...




Sunday, September 16, 2012

Studio Desain Arsitektur - Siap Tempur Siap Mati


Mata kuliah wajib.
Hidup matinya mahasiswa arsitektur.
Matkul yang punya SKS paling banyak 6-8 SKS.

Tererengggg... ini dia...
Studio Desain Arsitektur.

Waktu pertama diterangkan oleh PPJ, apa sih itu mata kuliah studio??
Katanya:
Jam kuliahnya dari jam 8 pagi-5 sore.
SYOKKK... Whatttt?
Kuliah yang cuman dua jam aja, bisa bosen...
Apalagi kalo siang siang, bawaannya ngantuk...
Ini SEMBILAN jam kuliah...
weteef...

Lanjut infonya:
Kuliahnya tidak di kelas tapi di ruang studio.
oww...

Masing-masing anak akan dibagi dalam kelompok.
Tiap kelompok memiliki satu dosen pembimbing dan satu/dua orang asdos.
Tiap kelompok memiliki ruang khusus yang disebut BOX di mana antar BOX disekat dengan locker-locker.
Tiap anak punya meja kerja sendiri.
Masing-masing anak mengerjakan tugas sendiri-sendiri.
Tapi boleh melihat hasil pekerjaan teman lain atau berdiskusi dengan teman.
Okehhh sedikit melegakan, bisa diskusi...

Walaupun jam kuliahnya sangat panjang dari pagi-sore, kapanpun boleh istirahat untuk makan dan ibadah Boleh ke perpus atau ke laboratorium komputer jika butuh data.
Well oke oke... sekarang udah ademmm
Ternyata itu bukan sembilan jam yang menakutkan...

Setelah dijalani ternyata kuliah ini paling butuh perhatian,
Tugas-tugasnya berat gila...
Menyenangkan karena walaupun sembilan jam, justru ini kuliah yang paling santai...
Bisa jalan-jalan ke sana kemari...
Menengok box sebelah,
Komen-komen pekerjaan temen.
Kalo suntuk, tinggal keluar beli makanan di kantin.
Sekali-sekali menyelundupkan camilan dan es teh ke dalam studio (padahal ga boleh membawa makanan masuk) hehehe

Tapi dari sembilan jam itu ada sembilan menit yang sangat menentukan dan berbahaya,
Yaitu waktunya ASISTENSI...
Sembilan menit yang bikin jantung berdebar.
Sembilan menit yang tidak tahu akan datang kapan dari 9 jam yang ada.
Sembilan menit yang harus disiapkan bahannya selama seminggu.
Sembilan menit yang kalau kamu tidak muncul di studio maka dianggap tidak hadir.
Sembilan menit yang bisa bikin hati kacau balau (baca: galau).
Sembilan menit yang juga bisa mengahdirkan optimisme superrr...

Asistensi itu waktunya dosen pembimbing datang ke BOX.
Jadi walaupun kuliah sembilan jam, kita tidak melulu diawasi dosen.
Dosen datang satu kali setiap kuliah studio.
Jika kita butuh kertas, atau karton untuk membuat model,
Ada petugas yang sangat membantu kita, Bapak-bapak laboran.

Petugas-petugas studio yang sangat baik hati
Yang juga bisa menjadi sangat menakutkan,
Jika terlambat datang, absen langsung di coret stabilo,
Jika terlambat ngumpul tugas, tidak ada alasan untuk mengiba

Kuliah STUDIO merupakan kuliah wajib dari semester 1- semester 7
Jadi ada kuliah Studio 1 - Studio 7
Sayangnya di kampus saya tidak ada istilah semester pendek,
Jadi kalau gagal di salah satu studio, artinya kuliah akan mundur satu tahun...
Hiiii ngeriiiii

Di tengah semester dan akhir semester ada yang namanya DISPLAY STUDIO.
Ini gantinya ujian tulis...
(Btw, di arsitektur memang jarang ada ujian tulis, biasanya diminta kumpul tugas
Kita bilangnya Tugas Besar atau Final Project)
Di saat display, kita haru membawa gambar-gambar presentasi dalam bentuk poster dan gambar kerja serta menyediakan maket untuk membantu presentasi.
Ini bukan tugas kelompok loh, tapi tugas individu.
Jadi silahkan membayangkan betapa susahnya.
Harus mati-matian sementara teman teman juga sibuk dengan tugasnya sendiri jadi tidak bisa minta bantuan.

Di balik semua kengeriannya,
Studio tetaplah menjadi kuliah yang semua orang berani mati untuk mengerjakannya.
Woisss sangar kan...

Saturday, September 15, 2012

(masih) Merasa Senang Lembur di Kampus

Tugas kelompok.
Udah biasa ngalamin ini dari jaman SMA.
Bedanya,
Kalau jaman SMA biasanya diminta bikin paper (makalah).
Kalau kuliah di arsitektur seringnya bikin model/maket.

Mata kuliah yang kasih tugas kelompok semacam ini, biasanya:
Struktur dan Konstruksi.
Berkelompok 4-5 orang.
Diberi sebuah masalah, lalu...
Diminta membuat model (maket) penyelesaiannya.

Semester satu.
Masih konstruksi sederhana.
Konstruksi pasangan batu (bata).
Belum sampai beton dan baja.

Projeknya membuat struktur lengkung seperti jembatan.
+struktur tambahan yang terlihat seperti separuh flying buttress menggantung.
berupa susunan bata.
model dengan skala 1:10.
Bahan menggunakan Gypsum.

Paling bikin masalah ternyata membuat bata ukuran 1:10.
Dimulai dari membuat cetakannya dahulu dari sponati.
Bikin adonan gypsum+kapur.
Cetak adonan gypsum.
Nunggu kering.
Ngikir gypsum biar bentuk dan ukurannya rata.
Terakhir baru nyusun bata jadi jembatan.

Butuh waktu tiga hari.
Lembur di studio.
Mengotori studio, meja mejanya, lantai dan locker dengan noda-noda gypsum.

Well, sebenarnya lembur di kampus itu menyenangkan
Menikmati kampus dalam suasana yang redup.
Remang-remang.
Lampu studio menyala terang.
Sementara di luar gelap.
Merasa seperti jagoan yang masih bisa bertahan hidup saat yang lain sudah tertidur, mati.

Angkuh sekali ya...
Dan keangkuhan ini harus dibayar dengan...
Hukuman mengerok ceceran gypsum yang sudah mengeras di lantai studio.
Oh God, perjuangan ternyata belum berakhir...

Friday, September 14, 2012

Masuk ke Dunia Arsitektur



Arsitektur identik dengan gambar.
Salah satunya, dan yang paling dasar:
'Freehand drawing'.
Istilah buat gambar pake tangan tanpa alat bantu (semisal mistar).

Freehand drawing itu biasanya menggunakan pensil.
Yap, sketsa pensil.
Umumnya memakai pensil 2B.
Tapi sebenarnya ada banyak teknik yang dapat digunakan.
Seperti:
Teknik Tinta, Pensil Warna, Cat Air, Spidol, Campuran.

Teknik yang macam-macam ini membuat awal tahun di arsitektur jadi sebuah pemborosan berkepanjangan.
Selain masih excited dengan dunia baru arsitektur.
Pemicu lainnya yaitu latah dengan teman-teman yang punya peralatan tempur gambar lengkap.
Jadi suka borong barang di Toko Merah (Toko alat tulis dan gambar di Jogja)

So, minggu ini beli Rapido satu set.
Minimal harganya 350 ribu.
Minggu depan beli pensil warna.
Paling standar merk Faber Castel.
Ga mungkin beli yang 12 warna dong...
Emang anak SD??
minimal yang 36, lebih baik yang 48.
Minggu depannya lagi spidol...
Pasti pasangannya pake Prismacolor yang sebatang harganya 9900.
Minggu setelahnya semakin parah...
Cat Air, bukan merk Guitar palsu ya...
Minimal Pentel.
Belinya ga mungkin single dong, harus sekalian sama pasangannya.
Tempat cat dan kuas.
Payahnya sebagus apapun kualitas cat air, kalau kuasnya murahan yang ada sapuan warnanya blentong-blentong.
Sementara butuh kuas ga mungkin satu, pasti antara tiga sampai lima.
Well, kalau dijumlahin habis uang berapa banyak tuh dalam sebulan....
ckckck....

Itu semua baru untuk freehand drawing ya...

Then,
Gambar teknik.
Ini bakal jadi masalah baru.